Kamis, 30 Oktober 2008

Ibadah Sosial Muwafaq

. Kamis, 30 Oktober 2008 .

Ketika menunaikan ibadah haji, Abdullah bin Mubarak tertidur di Masjid Al-Haram dan bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit. Salah satu malaikat berkata, ''Berapa orang yang berhaji tahun ini?''
''Enam ratus ribu,'' jawab rekannya.
''Berapa banyak yang diterima?''
''Tidak seorang pun, kecuali seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwafaq. Dia batal berhaji, tetapi hajinya diterima sehingga semua yang berhaji tahun ini diterima berkat hajinya Muwafaq.''
Ketika mendengar percakapan itu, Abdullah spontan terbangun dan langsung berangkat ke Damsyik mencari Muwafaq. Begitu bertemu dengannya, Abdullah bertanya kebaikan apa gerangan yang dilakukan Muwafaq sehingga ia mencapai derajat sedemikian tinggi.

Dengan tenang Muwafaq menjawab bahwa dengan tabungan 300 dirham dari pekerjaannya membuat dan mereparasi sepatu, semula dia memang ingin berhaji, tetapi batal. Ini karena pada suatu hari tercium bau makanan dari rumah tetangganya. Istrinya yang tengah hamil menginginkan makanan itu, kemudian dia pergi ke rumah tetangganya itu untuk menyampaikan maksudnya. ''Istriku menginginkan makanan Anda,'' cerita Muwafaq.

Namun, betapa kaget dia tatkala mendengar jawaban tetangganya. Ternyata si tetangga itu sangat miskin. Ia hidup bersama anak-anak yatim asuhannya dan mereka telah tiga hari tidak makan. Saat mencari makan, ia mendapatkan bangkai keledai di pinggir jalan, lalu ia memotong sebagiannya untuk dibawa pulang. ''Makanan ini halal bagi kami, tetapi haram untukmu,'' kata si tetangga yang fakir itu.

Mendengar jawaban itu Muwafaq kembali ke rumah, lalu mengambil 300 dirham miliknya. Dia menyerahkan tabungannya itu seraya menyuruhnya berbelanja untuk anak-anak yatim yang dalam pengasuhannya. ''Sebenarnya, hajiku adalah di depan pintu rumahku,'' kata Muwafaq lagi.
Demikianlah kisah sufi yang sangat mengesankan ini. Pesan ini menandaskan bahwa membantu tetangga yang kelaparan amat besar pahalanya, apalagi di dalamnya terdapat anak yatim. Pahala ibadah sosial ini mampu menggantikan pahala haji. Selama ini kita sering melihat orang pergi haji berkali-kali karena kelebihan harta, namun banyak yang tidak mempunyai kepedulian sosial, termasuk pada anak yatim. Tidakkah kisah ini patut menjadi bahan renungan?

(Read More..)

Rabu, 29 Oktober 2008

Pembangun dan Perusak Umat

. Rabu, 29 Oktober 2008 .

Rasulullah saw bersabda, ''Dua kelompok manusia yang bila baik keduanya maka akan baik pula seluruh masyarakat, tetapi bila buruk keduanya maka akan buruk pula seluruh masyarakat. Dua kelompok itu adalah ulama dan umara/pemimpin (al-hadits).''

Hadits tersebut menjelaskan kepada kita betapa pentingnya posisi dan kedudukan ulama dan umara dalam menentukan kualitas, kepribadian, dan akhlak masyarakat dan bangsa. Ulama yang baik, yang khasyiah (takut hanya kepada Allah) yang membimbing masyarakat dengan ilmu pengetahuan agama yang dimilikinya, baik dengan ucapan maupun dengan keteladanannya, akan mampu membangun masyarakat ke arah yang labih baik (QS 35:28).

Ulama tersebut digambarkan oleh Rasulullah bagai bintang-gemintang yang mampu menerangi galapnya dunia. Ulama inilah yang senantiasa dibutuhkan kehadirannya oleh setiap masyarakat, kapan dan di mana pun.

Sebaliknya, ulama yang buruk (ulama suu') adalah ulama yang ilmunya hanya dipergunakan untuk memperkaya diri sendiri, bahkan kadang rela membenarkan perilakunya yang salah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, serta memiliki kesenangan melempar isu yang meresahkan masyarakat. Ulama yang demikian inilah yang oleh Rasulullah saw dikatakan sebagai faqiihun faajirun (orang yang mengerti agama, tetapi memiliki perilaku yang jahat). Orang yang demikian menjadi salah satu dari tiga penyakit yang sangat merusak keberagamaan (HR Daelami dari Ibn Abbas).

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang adil, yang memiliki visi kuat untuk menyejahterakan masyarakat. Jabatan yang diembannya dianggap sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan rakyat dan di hadapan Allah SWT kelak di hari kemudian. Pemimpin yang seperti ini tidak akan pernah merasa tenang manakala rakyatnya menderita kemiskinan dan kelaparan. Ia akan selalu berusaha untuk mengedepankan kepentingan rakyat, sehingga rakyat akan tenang di bawah kepemimpinannya.

Sebaliknya, pemimpin yang buruk adalah pemimpin yang zalim, yang menjadikan rakyat sebagai objek pemerasan untuk memperkaya diri dan kelompoknya. Pemimpin yang demikian merupakan sumber utama penyebab kerusakan dan kehancuran masyarakat. Semoga para pemimpin dan para ulama kita akan menjadi pengayom dan panutan umat. Wallahu'alam.

(Read More..)

Selasa, 28 Oktober 2008

Bilal bin Rabah

. Selasa, 28 Oktober 2008 .

Suatu hari, Rasululah saw bertanya kepada Bilal, "Sewaktu Aku bermi'raj ke Shidratul Muntaha, dalam perjalanan aku mendengar suara terompahmu di surga. Wahai Bilal, amalan apa yang engkau kerjakan sehingga engkau mendapat kemuliaan seperti itu?"

Dengan penuh tawadhu, Bilal menjawab, "Hamba bukanlah apa-apa, ya, Rasulullah." Bilal tak ingin menjadikan ibadahnya ria, namun akhirnya dia menjawab, "Saya hanya menjaga diri saya selalu dalam keadaan berwudhu. Jika saya batal, maka saya kembali berwudhu dan mengerjakan shalat sunah dua rakaat setelahnya."

Sebelum masuk Islam, Bilal hanyalah seorang budak hitam yang tidak ada harganya. Pada zaman dulu, jual-beli budak sudah menjadi tradisi. Untuk ukuran saat itu, diri Bilal tak lebih hanya seharga sebuah kursi kayu yang sangat murah. Tidak ada seorang pun yang tertarik kepadanya, kecuali Umayyah, yang menjadi tuannya.

Ketika mendengar kabar tentang datangnya seorang Nabi yang membawa risalah Allah yang tidak membedakan golongan, suku bangsa, warna kulit, dan strata lainnya, Bilal tergerak untuk memeluk agama baru itu. Diam-diam Bilal menemui Rasulullah dan menyatakan keislamannya.

Mendengar berita ini, Umayyah marah lalu menyiksa Bilal di tengah padang pasir yang sangat panas. Cambukan, pukulan, dan batu besar yang menindih tubuhnya tak membuat imannya luntur. "Ahad, ahad," hanya itu yang diucapkan lisannya. Kemudian datang pertolongan Allah melalui Abu Bakar, ditebuslah Bilal walaupun dengan harga yang sangat tinggi.

Bebaslah Bilal. Dia mencurahkan hari-harinya untuk Allah bersama Rasulullah dan kaum Muslimin. Sejak dia memeluk Islam, tidak ada lagi perbedaan antara dirinya dengan sahabat-sahabat yang lain. Bahkan, sahabat Umar bin Khatab sangat menghormatinya. Dalam suatu majlis Rasulullah, Umar tidak berani menegakkan badannya ketika duduk di samping Bilal. "Bagaimana aku mau meninggikan diri di hadapannya, sementara Allah memuliakannya dengan menjamin baginya Surga."

Itulah Bilal bin Rabah. Seorang budak Habsy yang menjadi mulia bersama Islam. Dalam agama yang dipeluk muadzin pertama dalam Islam ini, tidak ada pembedaan strata dalam kehidupan masyarakat. Semua sama di hadapan Allah. Hanya takwa yang menjadikan seorang Muslim paling mulia di sisi Tuhannya (QS Al Hujurat: 13).

(Read More..)

Senin, 27 Oktober 2008

Jihad Wanita

. Senin, 27 Oktober 2008 .

Asma binti Yazid ra bertanya pada Nabi Muhammad saw. "Ya Rasulullah, saya adalah utusan kaum wanita untuk menghadap baginda. Sesungguhnya Allah mengutus Anda dengan membawa kebenaran untuk kaum laki-laki dan wanita, lalu kami beriman dan mengikuti Anda.

Namun kami, kaum wanita, terbatas hanya menjadi penunggu rumah kalian (kaum laki-laki) dan mengandung anak-anak kalian, sedangkan kalian kaum laki-laki diberi keutamaan atas kami lewat shalat Jumat, shalat berjamaah, menjenguk orang sakit, menghadiri jenazah, dan lebih utama dari itu semua adalah jihad fi sabilillah."

"Bila laki-laki berangkat untuk melakukan ibadah haji, berperang, dan umrah," lanjut Asma, "kamilah yang menjaga harta mereka, menenun pakaian, dan mendidik anak-anak mereka. Apakah kami menyertai mereka dalam kebaikan dan pahala, wahai Rasulullah?"

Rasulullah bersabda, "Kembalilah wahai wanita dan beri tahukanlah semua wanita di belakangmu bahwa taat kepada suami karena mengakui haknya sebagai suami, itu sebanding dengan semua pahala dan jihad yang kamu sebutkan itu, namun sedikit di antara kalian yang melakukannya." (HR Al Bazzar dan Ath-Thabrani).

Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa ketika hendak membangun sebuah masyarakat, Islam memberikan perhatian khusus kepada kaum wanita demi terwujudnya masyarakat Islam yang sempurna. Bila tugas wanita pada masa sebelum Islam hanya sebatas pemuas nafsu seks laki-laki dan melahirkan anak-anak mereka, di masa Islam, mereka memiliki tugas lain yang sangat mulia dan bahkan merupakan tugas pokoknya, yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga yang akan melahirkan mujahid-mujahid agung demi kejayaan Islam.

Agama ini menganggap suci aktivitas kaum wanita dalam rumah tangga. Meskipun secara lahir aktivitas perempuan tampak terlalu sedikit dibanding dengan aktivitas kaum laki-laki, namun pahala aktivitas yang sedikit ini sebanding dengan aktivitas yang banyak lagi sulit yang dilakukan kaum laki-laki seperti jihad, bekerja mencari rezeki, shalat berjamaah, dan ibadah fisik lainnya.

Tentu saja, agar mampu mengobarkan semangat jihad dan memunculkan generasi yang tangguh, kaum wanita harus memiliki akidah Islamiyah yang kokoh pula, di samping punya intelektualitas cemerlang.

Teruntuk kaum wanita dan para calon ibu....smoga bermanfaat...

(Read More..)

Sabtu, 25 Oktober 2008

Sultan Abdul Hamid II

. Sabtu, 25 Oktober 2008 .

"Saya tidak bisa menjual walau sejengkal tanah negeriku karena tanah ini bukan milikku tapi milik bangsaku. Bangsaku telah berjuang untuk imperium ini dengan tetesan darah, dan mereka menghidupkan negeri ini dengan tumpah darah mereka."

Penegasan itu dilontarkan Sultan Abdul Hamid II, ketika Theodore Hertzl meminta bantuannya memberikan sejengkal tanah di Palestina untuk bermukim bangsa Yahudi yang tercecer di pelosok penjuru dunia. Hertzl, pendiri dan pemimpin gerakan Zionisme dunia, telah lama mengidamkan satu tempat di mana kaum Yahudi bisa menetap dan memiliki satu wilayah resmi sebagai sebuah negara. Permohonan Hertzl dilakukan berulang kali, namun jawabannya selalu sama: ditolak!

Berbagai cara dilakukan Hertzl, termasuk mengiming-imingi harga tinggi. Tapi, penguasa yang memerintah kesultanan Turki Utsmaniyah pada 1876-1909 M ini dikenal sangat keras terhadap upaya kelompok Yahudi internasional. Kesultanan Turki saat itu meliputi seluruh jazirah Arab dan Afrika Utara. Hertzl lalu menempuh jalur ketiga, lewat perantara kalangan diplomat AS dan Inggris di Estonia. Delegasi ini menemui sultan, namun hasilnya pun nihil.

Setelah berbagai usaha dilakukan, termasuk menyelundupkan beberapa orang Yahudi masuk wilayah Palestina, Hertzl mengubah strategi dengan 'melengserkan' sang sultan. Kekhalifahan Utsmaniyah, demikian Hertzl, harus ditumbangkan. Berkolaborasi dengan kelompok oposisi dan pihak Barat, Hertzl lalu berhasil menumbangkan Sultan Hamid. Kekuasaan Utsmaniyah dipecah-pecah. Sejak saat itu, mulailah berdatangan orang-orang Yahudi ke bumi Palestina, padahal sebelumnya sama sekali tidak ada etnis ini.

Menurut Dr Hassan Hallaq, sejak Sultan Hamid II berkuasa, pihaknya telah menegaskan bahaya dibukanya tanah Palestina bagi kaum Yahudi. Dia bersumpah selama hidupnya, tidak nantinya kaum Yahudi diberi izin memiliki tanah di Palestina. Sultan sadar betul dengan karakter orang Yahudi yang sarat dengan kekerasan -- suatu hal yang sangat ditentang oleh Islam dan nilai-nilai universal kemanusiaan.

Kini, peringatan sang sultan jadi kenyataan. Bangsa Yahudi-Israel menjadi sumber malapetakan kemanusiaan di dunia Arab. Kita harus belajar mengapa Turki terpecah belah, dan apa akibat disintegrasi itu pada sultannya yang pernah berjaya

(Read More..)

Jumat, 24 Oktober 2008

Pembebas Tahanan Muslim

. Jumat, 24 Oktober 2008 .

Karena Islam makin tersebar, penguasa dan konglomerat musyrik Makkah kian kalap. Budak-budak mereka diinterogasi. Ketika mereka mengaku telah meyakini Islam, sekaligus meninggalkan kepercayaan dan sistem kehidupan musyrik, mereka pun disiksa. Nasib yang sama juga dialami rakyat jelata, seperti Abu Dzar al Ghifari atau Zubair bin Awwam.

Sebagaimana tuduhan musyrikin Makkah terhadap Rasulullah saw, kaum muslimin pun didakwa memecah belah masyarakat dan menghancurkan stabilitas negara. Mereka dituding mengikuti orang gila. Tuduhan yang sangat berbahaya. Tuduhan seperti ini direkayasa Walid bin Mughirah, tokoh yang paling dihormati kaum musyrik karena kekayaannya, keluarga, pengikut, dan alat perang yang dimilikinya.

Di tengah penderitaan umat, tampillah Abu Bakar. Meski tidak pernah ada perintah langsung dari Alquran atau sabda nabi, dia datangi satu persatu tempat penyiksaan kaum Muslimin. Ia berdebat dengan Umayyah bin Khalaf, misalnya, yang sedang berpeluh keringat menyiksa Bilal di tengah padang pasir. Dengan kecerdasannya, Abu Bakar membantah semua tuduhan.

Dia ajak mereka berpikir bahwa sia-sia saja menyiksa sebab semua Muslim itu takkan bergeser imannya. Karena itu, "bebaskan saja dan saya akan beli mereka dengan harga mahal," kira-kira begitu tutur Abu Bakar. Lalu, mereka dimerdekakan.

Sejak itu, penangkapan dan penyiksaan umat Islam mereda. Apalagi, tak lama setelah misi Abu Bakar, Umar bin Khattab masuk Islam. Sasaran musyrikin berubah: hanya nabi. Padahal, beliau selalu dalam lindungan-Nya.

Kini, banyak Muslim dipenjara dan disiksa. Tanpa bukti, mereka ditahan dalam sel sempit, tanpa bisa berdiri atau berselonjor. Kaki dan tangan mereka diikat erat. Kepala dan mata mereka ditutup dengan karung.

Mereka ditimpa tudingan palsu. Bila dakwaan pertama tak terbukti, lahir tuduhan baru. Pengadilannya pun penuh rekayasa, termasuk oleh pengacara mereka, agar mereka mau mengaku hingga bisa lama dipenjara atau divonis mati. Inilah saat pembuktian keimanan. Mereka yang mau memanfaatkan kepintaran, jabatan, dan hartanya untuk membebaskan umat Islam, insya Allah, berada di jalan yang telah ditempuh pengikut nabi termulia.

(Read More..)

Kamis, 23 Oktober 2008

Suap Kaum Quraisy

. Kamis, 23 Oktober 2008 .

Oleh:Amrihana M Rahmat

Sebelum masuk Islam, Amr bin 'Ash dan Abdullah bin Abu Rabi`ah pernah menjadi diplomat kafir Quraisy untuk bernegosiasi sekaligus menyuap Raja Najasy dan para uskupnya di Habasyah (sekarang: Etiopia). Dengan 'hadiah' yang mereka berikan, keduanya berharap Raja Najasy menolak para imigran Arab yang datang minta suaka politik padanya.

Sebagai penguasa yang bijak, Raja Najasy tidak langsung menolak atau mengabulkan permintaan dua diplomat Quarisy itu. Ia memanggil para imigran itu, yang tak lain adalah para sahabat Nabi saw yang terusir dari tanah kelahiran mereka. Raja tak ingin hadiah yang diterimanya menutupinya dari kebenaran.

"Agama macam apa yang kalian anut, yang karena agama itu kalian terpecah belah dan kalian juga tidak mau masuk agama kami serta tidak satu pun dari agama-agama ini?" tanya raja.

Ja`far bin Abu Thalib, juru bicara kaum Muslim kala itu, menceritakan segala sesuatu seadanya, penuh kejujuran, baik tentang alasan mengapa mereka bermigrasi ke Habasyah maupun tentang Muhammad beserta ajarannya.

Kejujuran rombongan Muslimin kala itu membuat luluh hati Raja Najasy. Ia lebih mempercayai mereka ketimbang dua diplomat Quraisy dengan hadiah-hadiahnya itu. Ketika Ja`far membacakan sebagian surat Maryam: "Kaf ... ha` ... ya` ... `ain ... shad ..." dan seterusnya, maka menangislah Raja Najasy dan para uskupnya. Air mata membasahi jenggot-jenggot mereka.
Cerita ini kembali diungkap untuk menggambarkan betapa penting peran nurani untuk menentukan sesuatu yang hak dan batil. Sebagai penguasa yang banyak mengenal ajaran Isa as, Raja Najasy akhirnya memilih mendukung dan melindungi golongan lemah dan hina di mata manusia biasa, dengan segala risikonya, daripada menerima hadiah yang tak lain adalah suap.

Kini, ketika materialisme menjadi epidemi global dan seringkali mempengaruhi manusia untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai kemuliaan dunia, orang-orang seperti Raja Najasy inilah yang kita butuhkan. Perkara suap-menyuap ternyata merupakan fenomena yang sudah ada sejak dulu. Semoga hal ini tidaklah menjadikan kita putus asa dan mundur dari jihad sosial untuk selalu memeranginya karena "... Allah SWT melaknat penyuap, yang disuap, dan perantara keduanya." (HR Ahmad dan Thabrani).

(Read More..)

Rabu, 22 Oktober 2008

Perilaku Islami

. Rabu, 22 Oktober 2008 .

Oleh : KH Didin Hafidhuddin
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Thabrani, Rasulullah SAW bersabda, ''Iman itu adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota tubuh.'' Hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa hakikat keimanan dan keislaman seseorang bukanlah hanya ditentukan oleh pengakuannya, akan tetapi oleh kesadaran hati yang mendalam, meyakini keberadaan Allah SWT dengan segala sifat dan ajaran-Nya yang sempurna, untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam wujud perilaku yang Islami.

Dalam hadis lain riwayat Imam Thabrani pula, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya Allah tidak akan melihat rupa kalian. Bukan pula pada keturunan kalian dan bukan pula pada harta kalian, akan tetapi Allah memperhatikan pada hati dan amal kalian.''
Ajaran Islam yang begitu indah seperti untuk selalu jujur, bersih hati, pikiran, dan jasmani, menebarkan keselamatan dan kedamaian pada orang lain, menjauhkan diri dari perilaku korup, perilaku hasad, rakus, dan tamak, harus diterjemahkan dalam kenyataan kehidupan keseharian oleh kaum Muslimin. Jika hal ini secara konsisten dilakukan, maka akan dirasakan dampak kenikmatannya oleh seluruh anggota masyarakat dan bangsa dan bukan hanya oleh orang Islam, karena memang Islam adalah rahmatan lil-alamin, seperti dinyatakan dalam QS 21: 107.
Islam akan dirasakan sebagai sistem kehidupan Ilahi yang menawarkan kelezatan samawi dan kepuasan rohani serta kesejahteraan materi. Islam akan dirasakan pula sebagai ajaran yang pas dan cocok untuk segala situasi dan kondisi serta untuk setiap kelompok umat manusia. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam QS 30: 30.
Akan tetapi, manakala kaum Muslimin tidak melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan kesehariannya dan terdapat jurang pemisah yang menganga antara idealita (yang seharusnya) dan realita (yang terjadi di tengah masyarakat), maka kerahmatan ajaran Islam tidak akan pernah dirasakan. Orang yang mengaku Islam tetapi perilakunya korup, rakus, dan tamak terhadap kekuasaan duniawi dan kepuasan jasmani semata-mata, sesungguhnya akan merusak citra Islam, meskipun Islam sebagai agama dari Allah SWT tidak akan menurun derajatnya hanya karena perilaku yang buruk dari umatnya. Islam akan dijaga dan dipelihara oleh Allah SWT sebagaimana tertera dalam QS 15: 9.
Karena itu, jika ada orang Islam, apalagi pemimpinnya, yang menyatakan bahwa asas Islam tidak cocok untuk saat ini, ibarat baju yang terlalu sempit, maka sesungguhnya orang itu telah melecehkan ajaran Islam yang agung, mulia, dan sempurna. Seharusnya orang tersebut mau berpikir bahwa kondisi tersebut akibat dari perilakunya yang tidak sesuai nilai-nilai Islam. Semoga Allah selalu menjaga kita dari sikap keragu-raguan terhadap Islam. Wallahu A'lam bi ash-Shawab.

(Read More..)

Selasa, 21 Oktober 2008

Iblis dan Niat Manusia

. Selasa, 21 Oktober 2008 .

Oleh:SH Syamsul Rijal

Rasulullah saw bersabda, ''Ada tiga tipe manusia yang pertama diadili. Pertama, seorang lelaki yang merasa dirinya mati syahid, ketika ditanya, 'bagaimana keadaanmu?', dia menjawab, 'saya telah berjuang dan mati di jalan-Mu ya Allah', lalu Allah menjawab, 'kauberjuang bukan karena-Ku, tetapi agar kau disebut pahlawan. Gelar itu telah kaudapatkan dan sekarang tempatmu di neraka'.''

Tipe kedua, lanjut Nabi, ''Adalah orang yang merasa telah mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta sering membaca Alquran untuk Allah, ketika ditanya, 'bagaimana keadaanmu?', dia menjawab 'saya telah mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta sering membaca Alquran untuk-Mu ya Allah', lalu jawab Allah, 'kaubelajar dan mengajar supaya dikatakan pintar dan alim, dan membaca Alquran agar diberi gelar qori', gelar itu telah kaudapatkan dan tempatmu di neraka'.''

Sedangkan tipe ketiga, menurut Rasulullah, ''Adalah seseorang yang merasa telah menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah, ketika ditanya, 'bagaimana keadaanmu?', dia menjawab, 'saya telah menginfakkan seluruh hartaku di jalan-Mu ya Allah', jawab Allah, 'kaulakukan itu agar dikatakan dermawan, gelar itu telah kaudapatkan, sekarang tempatmu di neraka'.''

Hadits ini dengan jelas menyatakan bahwa segala perbuatan manusia tergantung kepada niat. ''Sesungguhnya segala amal itu dilakukan dengan niat. Sesungguhnya setiap orang tergantung pada apa yang diniatkannya,'' demikian Rasulullah dalam haditsnya yang lain.

Saat ini banyak sekali ajakan untuk berbuat kebaikan sebagaimana dalam hadits tersebut di atas. Berjihad untuk mati syahid di jalan Allah, mempelajari ilmu Alquran, dan mendermakan harta di jalan Allah. Ajakan ini haruslah kita lakukan dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena yang lain. Ini harus betul-betul kita tancapkan ke dalam hati sanubari kita yang paling dalam.

Untuk itulah hendaknya kita berhati-hati dalam melakukan setiap langkah. Iblis akan selalu mengganggu keturunan Adam agar rusak amal mereka, kecuali hamba Allah yang mukhlas. ''Iblis berkata, 'ya Tuhanku, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlas'.'' (QS Alhijr: 39-40).

(Read More..)

Senin, 20 Oktober 2008

Sakit Sebagai Kafarat

. Senin, 20 Oktober 2008 .

Kematian tidak bisa kita terka kapan ia akan menghampiri kita,tapi kita tahu seberapa cukup bekal kita untuk menghadapinya......
Ya Allah...terangilah senantiasa jalan hidup ini,jalan untuk mencari ridho-Mu....
Amin...
Semoga hari ini lebih baik dan lebih berkah dari hari kemarin.
Dan semoga artikel di bawah ini bermanfaat khususnya bagi diri saya sendiri,keluarga,teman,dan kita semua...

Sakit Sebagai Kafarat

Oleh : Fajar Kurnianto
Hidup tak selalu berjalan lurus, menyenangkan, dan membahagiakan. Suatu saat manusia akan mengalami siklus yang membuatnya tidak dapat melakukan apa-apa. Dan, karena siklus inilah, Allah SWT menuntut umat manusia untuk menghadapinya dengan baik, sesuai dengan petunjuk-Nya. Dengan siklus kehidupan ini juga, umat manusia sesungguhya diuji, apakah tetap tegar dan optimistis, ataukah putus asa.
Sakit adalah salah satunya. Tak selamanya manusia berada dalam kondisi sehat, yang memungkinkannya dapat melakukan apa saja. Suatu waktu ia pasti akan didera oleh satu hal yang membuatnya harus terbaring tak berdaya di atas ranjang, atau salah satu anggota badannya tidak berfungsi dengan baik. Pada kondisi seperti ini, godaan untuk berkeluh kesah dan putus asa akan selalu menyerangnya setiap saat, karena orang sakit potensial untuk putus asa.

Sakit sesungguhnya adalah batu ujian bagi seorang Mukmin. Sakit bukanlah adzab yang dilimpahkan karena kebencian Allah, tapi justru itu adalah bagian dari kasih dan perhatian Allah SWT yang begitu besar kepada orang beriman. Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya seorang yang beriman ketika didera musibah sakit, kemudian Allah menyembuhkannya, maka itu adalah kafarat (penghapus) bagi dosa-dosa yang ia lakukan sebelumnya. Ia sekaligus menjadi pesan berharga untuk menghadapi masa yang akan datang.'' (HR Abu Dawud).
Mengapa Allah menghapus dosa-dosa orang Mukmin yang sedang sakit? Ada dua hal yang menjadi alasannya. Pertama, faktor kesabaran, ketabahan, dan optimisme seorang Mukmin. Sakit justru adalah ujian kesabaran yang mesti dihadapi dengan sikap lapang dada dan besar hati. Dalam beberapa ayat Alquran, Allah SWT sering menyitir bahwa Dia akan selalu menyertai orang-orang yang sabar dalam menerima ujian, tak terkecuali sakit ini. ''Sesungguhnya Allah akan selalu menyertai orang-orang yang sabar.'' (QS 2: 153).
Kebersamaan Allah dengan Mukmin yang sakit adalah rahmat yang tiada terkira. Maka, biarpun rasa sakitnya teramat parah, namun karena ia merasa bahwa Allah selalu menyertainya, maka hampir-hampir tidak merasakan. Yang ada hanyalah kedamaian dan ketenteraman berada selalu di sisi-Nya.
Kedua, faktor kesadaran yang timbul akibat sakit tersebut. Sakit sesungguhnya adalah waktu bagi seseorang untuk merenung dan mengingat-ingat segala perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Seorang Mukmin yang sakit akan menjadikan sakit itu justru sebagai ladang introspeksi diri, sejauh mana ia melakukan segala perintah Allah SWT atau menjauhi larangan-Nya, pada saat ia belum sakit. Sakit sekaligus menjadi pesan bahwa manusia sejatinya adalah mahluk lemah yang tidak dapat berbuat apa-apa. Sakit yang diderita adalah bentuk konkretnya.
Dengan demikian, orang yang sakit seharusnya menyadari bahwa sakit justru merupakan karunia tak terkira baginya. Karena, dengan demikian, berarti Allah SWT masih peduli dan perhatian padanya. Kafarat dosa tentu adalah salah satu bagian dari itu. Di balik itu tersimpan pesan yang lebih besar: Allah SWT sesungguhnya sedang meninggikan derajat seorang Mukmin yang sedang sakit. Wallahu a'lam.

(Read More..)

Sabtu, 18 Oktober 2008

Doa Seorang Bayi

. Sabtu, 18 Oktober 2008 .

Oleh : Joni Arisanto

Rasulullah saw pernah bercerita tentang seorang bayi yang ketika sedang menyusu kepada ibunya, mendadak lewat seseorang yang gagah dan berkendaraan mewah. Ibunya berkata, "Ya Allah, jadikanlah putraku ini seperti orang itu."

Mendadak, bayi itu melepaskan puting susu ibunya dan melihat orang yang berkendaraan itu sambil berkata, "Ya Allah, jangan kau jadikan aku seperti orang itu."

Setelah itu ia menyusu kembali. Tiada lama, ada seorang budak dipukuli majikannya sambil tuannya berkata, "Kau pencuri, kau pelacur," sementara sang budak hanya membaca, "Hasbiyallah wani'mal wakil" (cukuplah Allah bagiku, dan Dia sebaik-baik zat yang dia pasrahi).

Ibu sang bayi berkata, "Ya Allah, jangan jadikan putraku seperti perempuan itu."

Bayi itu segera berhenti lagi dari menyusu dan melihat budak yang dianiaya itu sambil berkata, "Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia."
Sang ibu sangat heran lalu mempertanyakan semua tindakan bayinya yang dia anggap selalu bertolak belakang dengannya. Si bayi kemudian menjelaskan, "Laki-laki berkendaraan yang gagah itu adalah orang yang sangat kejam, sedangkan budak itu dituduh berzina, padahal dia tidak berzina; dituduh mencuri, padahal ia tidak mencuri; maka aku berdoa 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia'."

Kekaguman seorang ibu kepada seseorang yang berpenampilan gagah dan berkendaraan mewah, lalu berharap agar putranya seperti orang tersebut, adalah hal wajar, sewajar ia tidak berharap anaknya jadi budak yang digebuki dan dicaci-maki tuannya. Itulah ciri asli setiap manusia, yang di dalam diri mereka Allah swt sengaja menitipkan perhiasan berupa kecintaan yang besar pada pasangan, keluarga, dan juga harta.

Namun, lewat hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim itu, Allah sekali lagi hendak mengingatkan kita bahwa apa yang tampak, terutama apa yang sesuai dengan perhiasan titipan Allah itu, tidak selalu benar di sisi Allah. Pandangan manusia umumnya hanya terbatas pada apa yang tampak dari luar dan menafikan segala sesuatu yang bersifat batin.
Menilai sesuatu dari ukuran lahiriah sering tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Sesungguhnya Allah adalah Zat yang membolak-balik hati, menginsyafkan orang yang zalim, serta membantu orang-orang yang tertindas dan keletihan

(Read More..)

Jumat, 17 Oktober 2008

Tiga Pemburu Dunia

. Jumat, 17 Oktober 2008 .

Oleh SH Syamsul Rijal

Pada zaman Nabi Isa as, dikisahkan tiga orang musafir menemukan timbunan harta di tengah jalan. Karena lapar, mereka sepakat mengutus seorang di antara mereka membeli makanan. Di tengah jalan, orang ini berniat membunuh kedua rekannya dengan menaburi racun pada makanan. Dia berpikir, dengan begitu dia dapat lebih leluasa menguasai timbunan kekayaan itu seorang diri.

Sementara itu, kedua rekannya yang lain pun diam-diam sepakat membunuh rekannya yang membeli makanan, dengan harapan kekayaan itu hanya dibagi dua. Setelah rekan yang membeli makanan sampai di tempat, mereka langsung menerkam dan membunuhnya. Setelah itu mereka menyantap makanan beracun tadi dengan suka cita. Apa hendak dikata, kedua rekan yang terakhir inipun mati menemui ajal.

Konon Nabi Isa as sempat mengunjungi tempat kejadian itu dan kepada Alhawariyyuun, pendukungnya yang setia, ia berkata, "Lihat, inilah dunia, bagaimana ia telah membunuh ketiga orang itu sekaligus. Setelah mereka, tentu akan banyak lagi korban-korban berguguran dari para pemburu dan pencinta dunia."
Dari kisah di atas terlihat bagaimana kehidupan dunia telah memperdaya ketiga pejalan kaki tersebut. Keserakahan, iri, juga dengki telah merasuk ke dalam diri mereka sehingga tak seorang pun mendapat timbunan harta yang mereka temukan. Nah, di tengah kondisi saat ini, ketika kebutuhan hidup melonjak naik, kita pun harus berhati-hati jangan sampai tergelincir oleh fatamorgana dunia sebagaimana kisah di atas.

Menurut Imam Alghazali, dunia tak ubahnya jalan yang dilalui seorang musafir. Di jalan yang dilalui itulah manusia hendaknya sekadar mengambil bekal, bukan harus menguasainya secara rakus, untuk menjadi teman dan pendampingnya kelak di alam kubur. Dengan bekal itu pula ia nantinya berjumpa Allah seraya mempertanggungjawabkan apa yang dia lakukan sepanjang perjalanannya sebagai musafir di dunia ini.

"... dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) ..." kata Allah mengingatkan kita semua dalam QS Alhasyr: 18.

Rasulullah saw juga bersabda, "Orang yang paling kuat daya pikirnya adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menggapai kemuliaan dunia dan akhirat."

(Read More..)

Kamis, 16 Oktober 2008

'Cambuk' Allah

. Kamis, 16 Oktober 2008 .

Pada suatu hari, Hasan al-Bashri, Malik bin Dinar, dan Syaqiq al-Balkhi mengunjungi Rabi'ah al-Adawiyah yang sedang sakit. Mereka adalah tokoh besar dalam sejarah kewalian. Hasan memulai pembicaraan, ''Seorang manusia tidak dapat dipercaya kata-katanya jika ia tidak tabah menanggung 'cambukan' Allah.''
Hasan bermaksud mengingatkan Rabi'ah agar tabah. Tetapi, Rabi'ah membalas pernyataan Hasan yang dianggap masih kurang tajam. ''Kata-katamu itu masih berbau egoisme.''

''Seorang manusia tidak dapat dipercaya kata-katanya jika ia tidak bersyukur karena 'cambukan' Allah,'' kata Syaqiq.
''Ada yang lebih baik dari itu,'' jawab Rabi'ah seraya mengisyaratkan agar tamunya berpikir dan merenungkannya.

Tiba-tiba Malik bin Dinar berkata, ''Seorang manusia tidak dapat dipercaya kata-katanya jika ia tidak merasa bahagia ketika menerima 'cambukan' Allah.'' Ketiga wali Allah itu mengira jawaban Malik paling tepat. Bagaimana lagi menghadapi ''cambukan'' Allah jika tidak merasa bahagia karenanya?

Ternyata, mereka dikagetkan dengan jawaban Rabi'ah yang masih seperti semula, ''Masih ada yang lebih baik dari itu!''
Setelah merenung, akhirnya mereka sepakat melempar persoalan ini pada Rabi'ah. Berkatalah Rabi'ah, ''Seorang manusia tidak dapat dipercaya kata-katanya jika ia tidak lupa kepada 'cambukan' Allah, ketika ia merenungkan-Nya.''

''Subhanallah ...'' Mereka bertiga tertunduk diam. Dalam hati terdalam, mereka mengakui kehebatan Rabi'ah tentang kepasrahan total kepada Rabb Mahapencipta.

Memang, cara menyikapi ''cambukan Allah'' beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Cara tertinggi dilakukan kaum arifiin (makrifatullah) sebagaimana disampaikan Rabi'ah. Ketika ''cambukan'' Allah datang, dia menghadapinya dengan senantiasa berdzikir pada-Nya (musyahadah). Dirinya lalu melebur (fana').

Cara kedua adalah apa yang telah disampaikan Hasan al-Bashri. Seseorang yang tengah mendapat ''cambukan'' Allah cenderung memohon agar diberi kesabaran dan ketabahan menghadapinya. Sedangkan cara ketiga dilakukan kebanyakan orang awam.

Ketika ''cambukan'' Allah datang, mereka memohon agar Allah segera melenyapkan musibah itu. Cara manakah sebaiknya dilakukan Indonesia saat ''cambuk'' krisis dari Allah kini melanda?

untuk renungan kita semua agar senantiasa tabah dan sabar dalam menjalani cobaan dalam hidup ini...

(Read More..)

Rabu, 15 Oktober 2008

AL-GHAZWUL FIKRI ( PERANG PEMIKIRAN )

. Rabu, 15 Oktober 2008 .

“…Mereka tidak akan henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup…” (QS.Al-Baqarah:217)

Awal tahun 90-an secara beranidua orang tukang ramal kelas dunia, John Naisbitt dan Patricia Aburdene dalam buku andalannya, megatrends 2000 memberikan gambaran tentang model kehidupan awal abad ke-21. menurut dua orang futurolog ini, dunia ke-3 akan menjadi “santapan” negara-negara maju. John dan Patricia seolah ingin memaparkan bahwa senjata yang akan dipakai negara maju untuk melumat penghuni dunia ke-3 bukan lagi dengan rudal berkepala nuklir atau rudal yang dilengkapi dengan senjata biologis, karena itu tak cukup efektif. Justru sebaliknya negara maju menggunakan senjata yang sangat lunak, bahkan nyaris tanpa kesan garang, namun akibatnya bisa membuat sinting. Apa senjatanya ? John dan patricia menuliskan formula 3F dan 3S alias “food, fashion, fun” dan “sport, sex, song” virus inilah yang akan merusak sistem tata nilai manusia penghuni dunia ke-3.

Tak mengada-ada rupanya dua orang paranormal ini ternyata ramalannya tokcer. Penghuni dunia ke-3 yang sebagian besar negara muslim termasuk di dalamnya Indonesia lebih mudah nyetel dengan formula tersebut. Kita tahu “virus” 3F dan 3S membawa pengaruh yang sangat berbahaya bagi ummat Islam, terlebih akhir-akhir ini jenis budaya yang bersifat hedonisme ini menjelma menjadi sebuah ideologi. Tidak heran pula bila serbuan “virus” ini mudah menggoda remaja, karena remajalah mahluk paling berpotensi tertular “virus” ini.

Food made in Eropa dan Amerika begitu mudah “tune in” dengan lidah bangsa timur ini. Dengan begitu produk fast-food lebih cepat ludes ketimbang jajanan singkong atau pisang goreng. Lucunya remaja lebih merasa pede bila nongkrong direstoran sekelas A&W atau Mc Donald’s ketimbang di warteg, persoalan halal dan haram “ah itu sich nomor sekian yang penting keren dulu..!

Bicara dandanan alias fashion, “virus” ini pun tidak kalah garang meski berlindung di balik kelembutannya busana model swimsuit, tang-top, bikini, you can see dan seabrek busana pemicu adrenalin kaum adam sangat mudah dilihat. “Menutup aurat..? Ah.. udah nggak zaman lagi.!” Begitu kira-kira komentar para remaja putri yang mulai pecicilan ini. Sehingga tidak heran banyak terjadi pelecehan seksual dan pemerkosaan yang terjadi di jalan, terminal, bahkan di dalam bis sekalipun. Kejahatan seperti ini tidak bisa disalahkan dari salah satu pihak saja, berapa banyak terjadinya kasus pemerkosaan dan penganiayaan terhadap wanita yang disebabkan karena wanita tersebut memamerkan perhiasan dan auratnya.

Bicara tentang fun alias hiburan, juga bakal bikin kita “kegerahan” Gimana tidak..?, dari mulai film, bacaan sampai game sarat dengan pesan-pesan kehidupan barat, dan. seringkali hiburan berubah menjadi ancaman. Gaya hidup bebas gaul misalnya, begitu mudah kita dapatkan lewat film-film yang sajikan oleh program TV swasta atau diselipkan lewat video klip yang ditayangkan selama 24 jam oleh MTV. Bacaan-bacaan tabloid yang membahas kehidupan sex dan ditambah dengan gambar-gambar yang mengiurkan mudah didapat di mana-mana dan dijual bebas, bahkan untuk membeli VCD porno sudah tidak usah pakai sembunyi-sembunyi lagi, walaupun anak dibawah umur yang membelinya tetap dilayani. Akibatnya Indonesia mendapatkan satu predikat lagi yang sangat-sangat memalukan yaitu Negara terporno nomor 2 di dunia setelah Rusia, ironisnya lagi negara kita negara muslim terbesar di dunia.

Selanjutnya bicara tentang sport, mungkin kita masih ingat beberapa bulan yang lalu orang-orang diseluruh dunia khususnya Eropa disibukan dengan sebuah kompetisi sepakbola, lebih jelasnya yaitu Piala Eropa, meskipun kompetisi ini berlangsung hanya di Eropa, tetapi dampaknya sampai keseluruh dunia. Di Indonesia misalnya, beberapa atribut sepakbola seperti kaos, sepatu, dan bola laku keras dipasaran, tidak ketinggalan pula pernak-pernik seperti pin, bros, tas dan lain-lain yang bergambar pemain sepakbola terkenal tiba-tiba saja bermunculan. Hal ini mungkin memang tradisi dan sudah menjadi “hukum alam”. Tetapi yang disayangkan kenapa hal seperti itu dijadikan sebuah gaya hidup oleh para remaja bahkan sebagian orang tua. Seolah-olah hidup hanya untuk olahraga, bukan olahraga untuk hidup agar lebih sehat. Mereka rela bangun tengah malam / begadang untuk menyaksikan pemain idolanya berlaga dilapangan hijau. Sedangkan bagun malam untuk sholat tahajud sulit sekali dilakukan, padahal Rasulullah yang seharusnya menjadi teladan dan idola kita hampir tidak pernah meninggalkannya. Begitulah keadaannya sekarang orang-orang muslim lebih memilih orang kafir untuk diidolakan.

Bicara tentang Sex, kita semua mungkin sudah tahu bahwa hal yang satu ini sudah tidak terbendung lagi. Karena budaya free sex bukan hanya datang dari barat saja, tetapi sutradara-sutradara film atau sinetron di Indonesia sudah pandai untuk hal ini. Lewat sinetron remaja yang mereka buat seolah mereka ingin mengatakan “ini loh gaya yang lagi ngetren di Barat sana” dan dengan Free sex sudah tidak ada lagi batasan antara pria dan wanita, hal ini sudah sangat bersebrangan sekali dengan Islam, perhatikan sabda Rasulullah “sesungguhnya salah seorang diantaramu ditikam dari kepalanya dengan besi, adalah lebih baik daripada menyentuh sesorang yang bukan muhrimnya” (HR.Tabrani). Dari hasil pooling ternyata sinetron-sinetron seperti ini menduduki peringkat teratas, lantas. saja para sutradara semakin berlomba-lomba membuat sinetron yang lebih heboh lagi.Sedangkan remaja yang sedang dalam pencarian jati dirinya semakin terjerumus ke jalan syaiton ini.

Selanjutnya bicara tentang song atau lagu dan musik. Banyak juga orang yang sehari-harinya tidak bisa hidup tanpa musik. Hampir disetiap tempat dan setiap waktu kita pasti selalu mendengarnya, tetapi lagu yang bagaimana yang kita dengar..? yang pasti bukan lagu yang lirik-liriknya mengajak kita untuk ingat kepada Allah dan ingat akan kewajiban kita terhadap-Nya, tetapi musik yang liriknya dapat melenakan dan membuat kita lupa akan kewajiban kita. Dan banyak juga aliran-aliran musik keras yang diimport dari barat dijadikan sebuah ideolagi atau gaya hidup oleh sebagian remaja khususnya di kota besar. Celakanya musisi negri ini latah juga, walhasil rusaklah semuanya.

Tentu kita semua nggak ingin menyaksikan kawan-kawan dekat kita, tetengga kita, atau malah saudara kita terjun ke dalam lingkaran kerusakan moral yang jelas-jelas cuma mngukir dosa. Menyaksikan kebejatan ini tentu bukan cuma mengelus dada dan menggelengkan kepala saja, tapi harus ada tindakan konkret untuk membendung kerusakan tersebut. Untuk itulah, meski hanya “sedikit” tulisan yang ada dalam buletin ini, namun setidaknya diharapkan mampu membuka wawasan kita tentang perang pemikiran, perang peradaban/ kebudayaan dan perang urat syaraf yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam atau lebih dikenal dengan Ghazwul Fikri. Terus terang saja, sudah banyak remaja yang menjadi korban akibat taklid (ikut-ikutan) dan menjadi plagiator budaya barat. Rasulullah Saw bersabda,“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum itu” (HR.Abu Daud, Ibnu Taimiyah). Rasulullah Saw, orang yang paling mulia dan kita teladani, dengan tegas memperingatkan kita agar jangan mengikuti pola hidup (budaya) kaum/bangsa lain. Dalam hadist Bukhari dan Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : ”Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku menerima (mengikuti) apa-apa yang dilakukan oleh bangsa-bangsa terdahulu (pada masa silam), selangkah demi selangkah, sehasta demi sehasta” diantara sahabat ada yang bertanya, “ya Rasulullah apakah yang dimaksud (disini) seperti bangsa Pesia dan Romawi?” Rasulullah menjawab, siapa lagi (kalau bukan mereka).” Wallahu a’lam bishawwab.

(Read More..)

Selasa, 14 Oktober 2008

Kisah Izrail dan Lelaki Muda

. Selasa, 14 Oktober 2008 .

Seorang lelaki muda dalam mimpinya didatangi oleh Izrail sang malaikat maut. Izrail berkata, ''Kamu telah diberi nikmat hidup oleh Allah, maka bersiaplah karena suatu saat engkau akan mati.'' Lelaki itu berujar, ''Bolehkah aku minta dikabulkan satu hal? Berikan saya tanda-tanda jika ajal saya telah menjelang.'' Izrail pun mengabulkan, lalu pergi meninggalkan lelaki muda itu.

Hari berganti, tahun terus berlalu, sementara itu, lelaki terrsebut terus sibuk dengan berbagai kenikmatan dunia. Karier, prestasi, keluarga, harta, perniagaan, dan kecintaan terhadap dunia terus melenakannya. Hingga saatnya Izrail datang untuk menjemputnya, ia terperangah dan takut. ''Saya belum siap wahai Izrail, lagi pula engkau tidak memenuhi janji untuk mengirimkan tanda-tanda bahwa kematianku telah dekat,'' protes lelaki muda itu.

Dengan tegas sang malaikat yang tak pernah kenal kompromi itu (kecuali kepada Rasulullah saw dan pengikutnya yang beriman) mengatakan, ''Bukankah sudah banyak utusanku yang datang untuk mengingatkanmu. Rambut yang memutih, wajah yang keriput, gigimu yang tanggal satu per satu, anak-anakmu yang semakin tumbuh besar, orang-orang di sekitarmu yang mendahuluimu, dan masih banyak lagi. Mereka semua adalah tanda-tanda yang telah mengingatkan akan kematianmu. Hanya saja kamu tidak menyadari kedatangan mereka dan pesan yang mereka bawa. Karena itu hari ini tiada lagi kesempatan itu diberikan padamu karena ajal telah menjemputmu. Dan sayang sekali engkau ada dalam kerugian.''

Demikianlah, banyak orang di zaman sekarang begitu terlena dengan kehidupan dunia. Pekerjaan sehari-harinya adalah menumpuk-numpuk harta, pergi pagi pulang petang mengejar karier, ke sana ke mari mengurusi perniagaan, sibuk mencari popularitas diri, dan terus-menerus memupuk kecintaan terhadap dunia hingga tanpa disadari kerapuhan hati dan jiwa telah menjangkiti hati mereka.

Sementara itu, mereka pun tinggal dalam rumah mewah berpagar tinggi seolah menjadi pembatas antara mereka dengan para hina papa di luar pagar itu. Mereka seolah tak kenal dan tak butuh orang lain karena mereka menyangka harta mereka bisa mengekalkan dan menyelamatkan kehidupan sementara ini. Tidakkah mereka sadar hingga suatu saat sang malaikat pembawa kematian datang menjemputnya, dan kala itu pertobatan tiada berguna lagi?


Semoga kita senantiasa ingat akan kematian karena sesungguhnya ia kan datang kapan saja bila waktunya tiba.tak ada yang bisa menolak,tak ada yang bisa lari dan sembunyi karena ia akan menjemput kita dimana dan kemana pun kita sembunyi.maka isi lah hari-hari sisa waktu hidup kita di dunia ini dengan amal ibadah,amal sholeh.dan semoga saat kematian datang menjemput kelak,kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung dalam amal sholeh.
Untuk saya,keluarga,sahabat,teman,dan semuanya........
Semoga bermanfaat......

(Read More..)

Sabtu, 11 Oktober 2008

BERKAH SEBUAH KETAKWAAN

. Sabtu, 11 Oktober 2008 .

Ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat lugu. Suatu kali dia belajar pada seorang syaikh. Setelah lama menuntut ilmu, sang syaikh menasihati dia dan teman - temannya : "Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya kepada orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam diri-nya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing- masing. Sertakanlah selalu ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut."
Maka pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya ber-tanya: "Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan ayahku?" Sambil bergetar ibunya menjawab: "Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayah-mu?" Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata: "Ayahmu itu dulu seorang pencuri?"!
Pemuda itu berkata: "Guruku memerintahkan kami -murid-muridnya- untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut."

Ibunya menyela: "Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketakwaan?" Kemudian anaknya yang begitu polos menjawab: "Ya, begitu kata guruku." Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang dan belajar bagaimana para pencuri itu melakukan aksinya. Sekarang dia mengetahui teknik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia menyiapkan alat-alat mencuri, kemudian shalat Isya' dan menunggu sampai semua orang tidur. Sekarang dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, seperti perintah sang guru (syaikh). Dimulailah dengan rumah tetangganya. Saat hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan syaikhnya agar selalu bertakwa. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya, rumah tetangga itu ditingalkannya. Ia lalu melewati rumah lain, dia berbisik pada dirinya: "Ini rumah anak yatim, dan Allah memperi-ngatkan agar kita tidak memakan harta anak yatim". Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah tahu bahwa pedagang ini memiliki harta yang melebihi kebutuhannya. "Ha, di sini", gumamnya. Pemuda tadi memulai aksinya. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang disiapkannya. Setelah berhasil masuk, rumah itu ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia berke-liling di dalam rumah, sampai menemukan tempat penyim-panan harta. Dia membuka sebuah kotak, didapatinya emas, perak dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk mengambilnya. Lalu dia berkata: "Eh, jangan, syaikhku berpesan agar aku selalu bertakwa. Barangkali pedagang ini belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu."
Dia mengambil buku-buku catatan di situ dan menghidupkan lentera kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dia hitung semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya. Kemudia dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabis-kan waktu berjam-jam. Saat menoleh, dia lihat fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri: "Ingat takwa kepada Allah! Kau harus melaksanakan shalat dulu!" Kemudian dia keluar menuju ruang tengah rumah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan shalat sunnah. Tiba-tiba tuan rumah itu terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan shalat. Isterinya bertanya: "Apa ini?" Dijawab suaminya: "Demi Allah, aku juga tidak tahu." Lalu dia menghampiri pencuri itu: "Kurang ajar, siapa kau dan ada apa ini?" Si pencuri berkata: "Shalat dulu, baru bicara. Ayo pergilah berwudhu' lalu shalat bersama. Tuan rumah-lah yang berhak jadi imam".
Karena khawatir pencuri itu membawa senjata si tuan rumah menuruti kehendaknya. Tetapi -wallahu a'lam- bagaimana dia bisa shalat. Selesai shalat dia bertanya: "Sekarang, coba ceritakan, siapa kau dan apa urusanmu?" Dia menjawab: "Saya ini pencuri". "Lalu apa yang kau per-buat dengan buku-buku catatanku itu?", tanya tuan rumah lagi. Si pencuri menjawab: "Aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan selama enam tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar kau dapat memberikannya pada orang yang berhak", Hampir saja tuan rumah itu dibuat gila karena terlalu ke-heranan. Lalu dia berkata: "Hai, ada apa denganmu sebe-narnya. Apa kau ini gila?" Mulailah si pencuri itu bercerita dari awal. Dan setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya dan mengetahui ketepatan serta kepandaiannya dalam menghitung, juga kejujuran kata-katanya, juga mengetahui manfaat zakat, dia pergi menemui isterinya. Mereka berdua dikaruniai seorang puteri. Setelah keduanya berbicara, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, kemudian berkata: "Bagaimana sekiranya kalau kau aku nikahkan dengan puteriku. Aku akan angkat engkau menjadi sekre-taris dan juru hitungku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. Kau kujadikan mitra bisnisku." Ia menjawab: "Aku setuju." Di pagi hari itu pula sang tuan rumah memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya.

(Read More..)

Jumat, 10 Oktober 2008

MENUJU PERNIKAHAN YANG BAROKAH: Jangan Jadi Pengangguran

. Jumat, 10 Oktober 2008 .

MENUJU PERNIKAHAN YANG BAROKAH: Jangan Jadi Pengangguran

(Read More..)

Jangan Jadi Pengangguran

.

"Tiada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari)

Allah memuliakan derajat seorang muslim yang mandiri dalam mencari nafkah. Islam begitu menghargai dan menyanjung pemeluknya yang memiliki pekerjaan dan keahlian (profesi). Sebaliknya, Islam mencela pengangguran yang hanya tergantung pada orang lain.

Dalam al-Quran, bekerja diistilahkan dengan kata kasab yang berarti hasil-hasil usaha yang diperoleh manusia, baik hasil yang berupa aspek-aspek duniawi (materi) maupun ukhrawi (At-Thur: 21; Ibrahim: 51). Pengertian ini relevan dengan perintah Allah agar kita berlaku seimbang (tawazun) dalam menjalani kehidupan (Al-Qashash: 28). Ini diperkuat lagi oleh atsar sahabat tentang perintah untuk bekerja seolah-olah kita akan hidup selamanya di dunia dan beribadah seolah-olah kita akan mati esok hari.


Tapi menurut Muhyiddin Athiyah dalam Al Kasyaaf Al Iqtishady Lil Ahaadits An Nabawiyah Asy Syariifah, kasab terkait dengan urusan duniawi. Ia mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Al-Bazzaar dan Ath-Thabrani yang berbunyi: "Ditanyakan kepada Rasulullah Saw: Wahai Rasulullah usaha apakah yang terbaik? Jawab Rasulullah Saw: Pekerjaan seseorang dengan tangannya". Dalam hadits ini kasab diartikan suatu usaha atau pekerjaan yang menghasilkan sesuatu yang bersifat material karena dikerjakan dengan tangan.

Terlepas dari hal itu, kita menyaksikan para sahabat sebagai generasi terbaik ummat manusia telah menjadikan urusan mencari nafkah sebagai bagian yang terpenting dalam hidupnya. Mereka terkenal sangat tekun dalam mencari nafkah, disamping shalih, wara' dan pemberani.

Lihat saja sahabat Sa'ad bin Abi Waqash bekerja sebagai tukang pintal tali, Amr bin Ash tukang potong hewan, dan Muadz bertani. Begitu juga Usman bin `Affan , Zubeir bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah terkenal sebagai pedagang yang sukses. Abu Bakar sendiri berprofesi sebagai pedagang, padahal ketika itu ia tengah menjalani tugas negara sebagai khalifah.

Rasulullah sendiri sudah menjadi pedagang sukses sejak kecil. Begitu juga para nabi Allah yang lain adalah para pekerja keras yang menghidupi diri dan keluarga mereka. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Adalah Nabi Zakaria as dahulu sebagai tukang kayu." (HR.Muslim). wallahu a'lam bishshowab.

Kehidupan mereka begitu dekat dengan sikap mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap keluarga dan amanah yang diembannya. Mereka tidak melalaikan amanah yang diembannya hanya karena mereka sibuk berdakwah.

Mengapa Harus Bekerja?

Islam menganjurkan ummatnya untuk bekerja dan mencari rizki. Bekerja merupakan sunah para nabi. Sahabat Umar ra pernah berkata, "Janganlah seorang diantara kamu mencari rizki dengan (cara) duduk-duduk sambil berkata,' Ya Allah, berilah aku rizki.' Padahal ia tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas atau perak".

Rasulullah sendiri sangat menekankan pentingnya seorang muslim untuk menghidupi diri dan keluarganya dengan bekerja. Imam Bukhari dalam Shahihnya, Kitabul Buyu', meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Seseorang yang memikul kayu bakar di punggungnya lebih baik dari pada dia meminta-minta kepada seseorang yang lain, baik ia diberi atau ia ditolak".

Perlunya bekerja bagi seorang muslim dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu:

1. Fitrah

Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki potensi fitrah untuk bekerja sebagaimana hewan dan tumbuhan. Fitrah bekerja tumbuhan bisa dilihat dari caranya melakukan fotosintesa demi kelangsungan hidup untuk tumbuh dan berkembang. Hewan, walaupun tidak memiliki akal, senantiasa bekerja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan berbagai cara. Misalnya lebah dan semut yang selalu bekerja keras untuk memenuhi persediaan makanan.

2. Kebutuhan

Kebutuhan untuk hidup bagi manusia adalah sesuatu yang alamiah. Ini dilatarbelakangi oleh keadaan yang dimiliki manusia sejak lahir yakni memiliki dimensi fisik, hati, dan akal. Ketiga hal itu terus mengalami perkembangan. Dan untuk bisa berkembang dibutuhkan makanannya masing-masing yang tidak bisa didapat secara cuma-cuma. Karenanya, berangkat dari kebutuhan tersebut manusia harus merasa butuh untuk bekerja.

3. Perintah Allah

Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad Saw dan semua pengikutnya untuk bekerja. "Dan katakanlah (hai Muhammad), bekerjalah kamu, niscaya Allah melihat pekerjaanmu, juga rasul-Nya, dan orang-orang mukmin.". Karenanya, bekerja merupakan ibadah. Sebaliknya menganggur merupakan maksiat.

Selain tuntunan di atas, Islam juga mengatur beberapa hal penting lainnya. Pertama, niat bekerja adalah ibadah karena Allah, bukan karena dorongan keluarga atau unsur selain Allah lainnya. Kedua, tujuannya mencari ridha-Nya bukan mencari kesenangan duniawi. Allah sangat mencela sikap cinta dunia seperti bermegah-megah dan menumpuk harta. Ketiga, tidak mesti pekerjaan tetap, tapi bisa apa saja yang penting halal, jenis dan produknya sesuai syariat.•

(Read More..)

Selasa, 07 Oktober 2008

Bila Aku Jatuh Cinta

. Selasa, 07 Oktober 2008 .

Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang
melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak
melebihi cintaku pada-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling pada hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang
merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
merindukan syurga-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat
di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang
menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Ya Allah Engkau mengetahui bahawa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta
pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah
pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kukuhkanlah Ya Allah
ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah
hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada
kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di
jalan-Mu.
(As-Syahid Syed Qutb)

(Read More..)
 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com