Kamis, 23 Oktober 2008

Suap Kaum Quraisy

. Kamis, 23 Oktober 2008 .

Oleh:Amrihana M Rahmat

Sebelum masuk Islam, Amr bin 'Ash dan Abdullah bin Abu Rabi`ah pernah menjadi diplomat kafir Quraisy untuk bernegosiasi sekaligus menyuap Raja Najasy dan para uskupnya di Habasyah (sekarang: Etiopia). Dengan 'hadiah' yang mereka berikan, keduanya berharap Raja Najasy menolak para imigran Arab yang datang minta suaka politik padanya.

Sebagai penguasa yang bijak, Raja Najasy tidak langsung menolak atau mengabulkan permintaan dua diplomat Quarisy itu. Ia memanggil para imigran itu, yang tak lain adalah para sahabat Nabi saw yang terusir dari tanah kelahiran mereka. Raja tak ingin hadiah yang diterimanya menutupinya dari kebenaran.

"Agama macam apa yang kalian anut, yang karena agama itu kalian terpecah belah dan kalian juga tidak mau masuk agama kami serta tidak satu pun dari agama-agama ini?" tanya raja.

Ja`far bin Abu Thalib, juru bicara kaum Muslim kala itu, menceritakan segala sesuatu seadanya, penuh kejujuran, baik tentang alasan mengapa mereka bermigrasi ke Habasyah maupun tentang Muhammad beserta ajarannya.

Kejujuran rombongan Muslimin kala itu membuat luluh hati Raja Najasy. Ia lebih mempercayai mereka ketimbang dua diplomat Quraisy dengan hadiah-hadiahnya itu. Ketika Ja`far membacakan sebagian surat Maryam: "Kaf ... ha` ... ya` ... `ain ... shad ..." dan seterusnya, maka menangislah Raja Najasy dan para uskupnya. Air mata membasahi jenggot-jenggot mereka.
Cerita ini kembali diungkap untuk menggambarkan betapa penting peran nurani untuk menentukan sesuatu yang hak dan batil. Sebagai penguasa yang banyak mengenal ajaran Isa as, Raja Najasy akhirnya memilih mendukung dan melindungi golongan lemah dan hina di mata manusia biasa, dengan segala risikonya, daripada menerima hadiah yang tak lain adalah suap.

Kini, ketika materialisme menjadi epidemi global dan seringkali mempengaruhi manusia untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai kemuliaan dunia, orang-orang seperti Raja Najasy inilah yang kita butuhkan. Perkara suap-menyuap ternyata merupakan fenomena yang sudah ada sejak dulu. Semoga hal ini tidaklah menjadikan kita putus asa dan mundur dari jihad sosial untuk selalu memeranginya karena "... Allah SWT melaknat penyuap, yang disuap, dan perantara keduanya." (HR Ahmad dan Thabrani).

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Subhanallah....
Menarik tulisanne ayad!!
try to learn every day ya...ayad!!
Ganbatte kudasai....

Ikin Sodikin
Post Graduate of Statistics Department
Agriculture Bogor University
email : dikinsajah@gmail.com
See also :
http://allaboutstatistics.blogsome.com
http://futureleadergeneration.wordpress.com
http://trytolearneveryday.multiply.com

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Saya hanya manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan salah mohon saran-saranya yang membangun ya..

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com