Jumat, 10 Oktober 2008

Jangan Jadi Pengangguran

. Jumat, 10 Oktober 2008 .

"Tiada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari)

Allah memuliakan derajat seorang muslim yang mandiri dalam mencari nafkah. Islam begitu menghargai dan menyanjung pemeluknya yang memiliki pekerjaan dan keahlian (profesi). Sebaliknya, Islam mencela pengangguran yang hanya tergantung pada orang lain.

Dalam al-Quran, bekerja diistilahkan dengan kata kasab yang berarti hasil-hasil usaha yang diperoleh manusia, baik hasil yang berupa aspek-aspek duniawi (materi) maupun ukhrawi (At-Thur: 21; Ibrahim: 51). Pengertian ini relevan dengan perintah Allah agar kita berlaku seimbang (tawazun) dalam menjalani kehidupan (Al-Qashash: 28). Ini diperkuat lagi oleh atsar sahabat tentang perintah untuk bekerja seolah-olah kita akan hidup selamanya di dunia dan beribadah seolah-olah kita akan mati esok hari.


Tapi menurut Muhyiddin Athiyah dalam Al Kasyaaf Al Iqtishady Lil Ahaadits An Nabawiyah Asy Syariifah, kasab terkait dengan urusan duniawi. Ia mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Al-Bazzaar dan Ath-Thabrani yang berbunyi: "Ditanyakan kepada Rasulullah Saw: Wahai Rasulullah usaha apakah yang terbaik? Jawab Rasulullah Saw: Pekerjaan seseorang dengan tangannya". Dalam hadits ini kasab diartikan suatu usaha atau pekerjaan yang menghasilkan sesuatu yang bersifat material karena dikerjakan dengan tangan.

Terlepas dari hal itu, kita menyaksikan para sahabat sebagai generasi terbaik ummat manusia telah menjadikan urusan mencari nafkah sebagai bagian yang terpenting dalam hidupnya. Mereka terkenal sangat tekun dalam mencari nafkah, disamping shalih, wara' dan pemberani.

Lihat saja sahabat Sa'ad bin Abi Waqash bekerja sebagai tukang pintal tali, Amr bin Ash tukang potong hewan, dan Muadz bertani. Begitu juga Usman bin `Affan , Zubeir bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah terkenal sebagai pedagang yang sukses. Abu Bakar sendiri berprofesi sebagai pedagang, padahal ketika itu ia tengah menjalani tugas negara sebagai khalifah.

Rasulullah sendiri sudah menjadi pedagang sukses sejak kecil. Begitu juga para nabi Allah yang lain adalah para pekerja keras yang menghidupi diri dan keluarga mereka. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Adalah Nabi Zakaria as dahulu sebagai tukang kayu." (HR.Muslim). wallahu a'lam bishshowab.

Kehidupan mereka begitu dekat dengan sikap mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap keluarga dan amanah yang diembannya. Mereka tidak melalaikan amanah yang diembannya hanya karena mereka sibuk berdakwah.

Mengapa Harus Bekerja?

Islam menganjurkan ummatnya untuk bekerja dan mencari rizki. Bekerja merupakan sunah para nabi. Sahabat Umar ra pernah berkata, "Janganlah seorang diantara kamu mencari rizki dengan (cara) duduk-duduk sambil berkata,' Ya Allah, berilah aku rizki.' Padahal ia tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas atau perak".

Rasulullah sendiri sangat menekankan pentingnya seorang muslim untuk menghidupi diri dan keluarganya dengan bekerja. Imam Bukhari dalam Shahihnya, Kitabul Buyu', meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Seseorang yang memikul kayu bakar di punggungnya lebih baik dari pada dia meminta-minta kepada seseorang yang lain, baik ia diberi atau ia ditolak".

Perlunya bekerja bagi seorang muslim dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu:

1. Fitrah

Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki potensi fitrah untuk bekerja sebagaimana hewan dan tumbuhan. Fitrah bekerja tumbuhan bisa dilihat dari caranya melakukan fotosintesa demi kelangsungan hidup untuk tumbuh dan berkembang. Hewan, walaupun tidak memiliki akal, senantiasa bekerja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan berbagai cara. Misalnya lebah dan semut yang selalu bekerja keras untuk memenuhi persediaan makanan.

2. Kebutuhan

Kebutuhan untuk hidup bagi manusia adalah sesuatu yang alamiah. Ini dilatarbelakangi oleh keadaan yang dimiliki manusia sejak lahir yakni memiliki dimensi fisik, hati, dan akal. Ketiga hal itu terus mengalami perkembangan. Dan untuk bisa berkembang dibutuhkan makanannya masing-masing yang tidak bisa didapat secara cuma-cuma. Karenanya, berangkat dari kebutuhan tersebut manusia harus merasa butuh untuk bekerja.

3. Perintah Allah

Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad Saw dan semua pengikutnya untuk bekerja. "Dan katakanlah (hai Muhammad), bekerjalah kamu, niscaya Allah melihat pekerjaanmu, juga rasul-Nya, dan orang-orang mukmin.". Karenanya, bekerja merupakan ibadah. Sebaliknya menganggur merupakan maksiat.

Selain tuntunan di atas, Islam juga mengatur beberapa hal penting lainnya. Pertama, niat bekerja adalah ibadah karena Allah, bukan karena dorongan keluarga atau unsur selain Allah lainnya. Kedua, tujuannya mencari ridha-Nya bukan mencari kesenangan duniawi. Allah sangat mencela sikap cinta dunia seperti bermegah-megah dan menumpuk harta. Ketiga, tidak mesti pekerjaan tetap, tapi bisa apa saja yang penting halal, jenis dan produknya sesuai syariat.•

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Saya hanya manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan salah mohon saran-saranya yang membangun ya..

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com