Senin, 20 Oktober 2008

Sakit Sebagai Kafarat

. Senin, 20 Oktober 2008 .

Kematian tidak bisa kita terka kapan ia akan menghampiri kita,tapi kita tahu seberapa cukup bekal kita untuk menghadapinya......
Ya Allah...terangilah senantiasa jalan hidup ini,jalan untuk mencari ridho-Mu....
Amin...
Semoga hari ini lebih baik dan lebih berkah dari hari kemarin.
Dan semoga artikel di bawah ini bermanfaat khususnya bagi diri saya sendiri,keluarga,teman,dan kita semua...

Sakit Sebagai Kafarat

Oleh : Fajar Kurnianto
Hidup tak selalu berjalan lurus, menyenangkan, dan membahagiakan. Suatu saat manusia akan mengalami siklus yang membuatnya tidak dapat melakukan apa-apa. Dan, karena siklus inilah, Allah SWT menuntut umat manusia untuk menghadapinya dengan baik, sesuai dengan petunjuk-Nya. Dengan siklus kehidupan ini juga, umat manusia sesungguhya diuji, apakah tetap tegar dan optimistis, ataukah putus asa.
Sakit adalah salah satunya. Tak selamanya manusia berada dalam kondisi sehat, yang memungkinkannya dapat melakukan apa saja. Suatu waktu ia pasti akan didera oleh satu hal yang membuatnya harus terbaring tak berdaya di atas ranjang, atau salah satu anggota badannya tidak berfungsi dengan baik. Pada kondisi seperti ini, godaan untuk berkeluh kesah dan putus asa akan selalu menyerangnya setiap saat, karena orang sakit potensial untuk putus asa.

Sakit sesungguhnya adalah batu ujian bagi seorang Mukmin. Sakit bukanlah adzab yang dilimpahkan karena kebencian Allah, tapi justru itu adalah bagian dari kasih dan perhatian Allah SWT yang begitu besar kepada orang beriman. Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya seorang yang beriman ketika didera musibah sakit, kemudian Allah menyembuhkannya, maka itu adalah kafarat (penghapus) bagi dosa-dosa yang ia lakukan sebelumnya. Ia sekaligus menjadi pesan berharga untuk menghadapi masa yang akan datang.'' (HR Abu Dawud).
Mengapa Allah menghapus dosa-dosa orang Mukmin yang sedang sakit? Ada dua hal yang menjadi alasannya. Pertama, faktor kesabaran, ketabahan, dan optimisme seorang Mukmin. Sakit justru adalah ujian kesabaran yang mesti dihadapi dengan sikap lapang dada dan besar hati. Dalam beberapa ayat Alquran, Allah SWT sering menyitir bahwa Dia akan selalu menyertai orang-orang yang sabar dalam menerima ujian, tak terkecuali sakit ini. ''Sesungguhnya Allah akan selalu menyertai orang-orang yang sabar.'' (QS 2: 153).
Kebersamaan Allah dengan Mukmin yang sakit adalah rahmat yang tiada terkira. Maka, biarpun rasa sakitnya teramat parah, namun karena ia merasa bahwa Allah selalu menyertainya, maka hampir-hampir tidak merasakan. Yang ada hanyalah kedamaian dan ketenteraman berada selalu di sisi-Nya.
Kedua, faktor kesadaran yang timbul akibat sakit tersebut. Sakit sesungguhnya adalah waktu bagi seseorang untuk merenung dan mengingat-ingat segala perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Seorang Mukmin yang sakit akan menjadikan sakit itu justru sebagai ladang introspeksi diri, sejauh mana ia melakukan segala perintah Allah SWT atau menjauhi larangan-Nya, pada saat ia belum sakit. Sakit sekaligus menjadi pesan bahwa manusia sejatinya adalah mahluk lemah yang tidak dapat berbuat apa-apa. Sakit yang diderita adalah bentuk konkretnya.
Dengan demikian, orang yang sakit seharusnya menyadari bahwa sakit justru merupakan karunia tak terkira baginya. Karena, dengan demikian, berarti Allah SWT masih peduli dan perhatian padanya. Kafarat dosa tentu adalah salah satu bagian dari itu. Di balik itu tersimpan pesan yang lebih besar: Allah SWT sesungguhnya sedang meninggikan derajat seorang Mukmin yang sedang sakit. Wallahu a'lam.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Saya hanya manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan salah mohon saran-saranya yang membangun ya..

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com