Sabtu, 25 Oktober 2008

Sultan Abdul Hamid II

. Sabtu, 25 Oktober 2008 .

"Saya tidak bisa menjual walau sejengkal tanah negeriku karena tanah ini bukan milikku tapi milik bangsaku. Bangsaku telah berjuang untuk imperium ini dengan tetesan darah, dan mereka menghidupkan negeri ini dengan tumpah darah mereka."

Penegasan itu dilontarkan Sultan Abdul Hamid II, ketika Theodore Hertzl meminta bantuannya memberikan sejengkal tanah di Palestina untuk bermukim bangsa Yahudi yang tercecer di pelosok penjuru dunia. Hertzl, pendiri dan pemimpin gerakan Zionisme dunia, telah lama mengidamkan satu tempat di mana kaum Yahudi bisa menetap dan memiliki satu wilayah resmi sebagai sebuah negara. Permohonan Hertzl dilakukan berulang kali, namun jawabannya selalu sama: ditolak!

Berbagai cara dilakukan Hertzl, termasuk mengiming-imingi harga tinggi. Tapi, penguasa yang memerintah kesultanan Turki Utsmaniyah pada 1876-1909 M ini dikenal sangat keras terhadap upaya kelompok Yahudi internasional. Kesultanan Turki saat itu meliputi seluruh jazirah Arab dan Afrika Utara. Hertzl lalu menempuh jalur ketiga, lewat perantara kalangan diplomat AS dan Inggris di Estonia. Delegasi ini menemui sultan, namun hasilnya pun nihil.

Setelah berbagai usaha dilakukan, termasuk menyelundupkan beberapa orang Yahudi masuk wilayah Palestina, Hertzl mengubah strategi dengan 'melengserkan' sang sultan. Kekhalifahan Utsmaniyah, demikian Hertzl, harus ditumbangkan. Berkolaborasi dengan kelompok oposisi dan pihak Barat, Hertzl lalu berhasil menumbangkan Sultan Hamid. Kekuasaan Utsmaniyah dipecah-pecah. Sejak saat itu, mulailah berdatangan orang-orang Yahudi ke bumi Palestina, padahal sebelumnya sama sekali tidak ada etnis ini.

Menurut Dr Hassan Hallaq, sejak Sultan Hamid II berkuasa, pihaknya telah menegaskan bahaya dibukanya tanah Palestina bagi kaum Yahudi. Dia bersumpah selama hidupnya, tidak nantinya kaum Yahudi diberi izin memiliki tanah di Palestina. Sultan sadar betul dengan karakter orang Yahudi yang sarat dengan kekerasan -- suatu hal yang sangat ditentang oleh Islam dan nilai-nilai universal kemanusiaan.

Kini, peringatan sang sultan jadi kenyataan. Bangsa Yahudi-Israel menjadi sumber malapetakan kemanusiaan di dunia Arab. Kita harus belajar mengapa Turki terpecah belah, dan apa akibat disintegrasi itu pada sultannya yang pernah berjaya

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Saya hanya manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan salah mohon saran-saranya yang membangun ya..

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com